Pengaruh TV Terhadap Remaja

Kamis, 29 April 2010

Saya menerima email dari salah satu anggota milis dan email ini disarankan untuk diforward untuk lebih memudahkannya dalam penyebaran email ini maka saya posting di blog ini. Isinya begini:

TELEVISI merupakan media yang paling efektif untuk menyebarkan pengaruh kepada audiensnya. Sedangkan remaja, sebagai individu yang sedang mencari jati dirinya, merupakan audiens yang mudah terkena pengaruh buruk televisi. Tayangan-tayangan buruk di TV setidaknya telah membawa pengaruh negatif sebagai berikut:

1. Apatis
Tayangan-tayangan TV dewasa ini cenderung membuat remaja lebih mementingkan segala hal tentang dirinya sendiri ketimbang lingkungan sosialnya. TV mengajak mereka untuk memikirkan bagaimana penampilan mereka, bagaimana cara menarik perhatian lawan jenis, atau betapa bahagianya jadi selebritis. Hal-hal diluar itu seperti persoalan pendidikan ataupun lingkungan tidak menjadi prioritas, malah cenderung diabaikan.

2. Korban Pencitraan
Wanita cantik harus putih dan langsing serta pria tampan harus berotot atau six packs merupakan satu dari sekian banyak contoh tentang dampak buruk TV dalam membentuk pencitraan dimata remaja. Alhasil para remaja rela melakukan apapun untuk mendapatkan predikat cantik atau tampan sesuai yang disuguhkan di TV, tanpa mempedulikan aspek lain yang lebih penting seperti kesehatan.

3. Pasif dan Konsumtif
Baik terpaan iklan maupun tayangan TV telah begitu memanjakan penonton khususnya para remaja dengan kemampuan visual dan audionya. Semua ditampilkan dengan sangat menarik sehingga mereka tidak perlu berbuat apa-apa lagi selain duduk manis di depan TV. Hal ini tentu membuat para remaja menjadi pemalas dan tidak produktif.

4. Mementingkan ‘kulit luar’ Tanpa Esensi
Ketidakpedulian, kepercayaan pada citra semu, serta kemalasan yang dibentuk oleh televisi melalui tayangan-tayangan buruknya membawa para remaja menjadi pribadi yang lebih mementingkan tampilan luar. Dengan demikian mereka jadi sangat mudah menilai sesuatu sesuai dengan standar ciptaan program-program buruk di TV. Pengusaha sukses dianggap lebih patut dihargai ketimbang sopir atau pembantu rumah tangga yang setiap hari membantu mereka.

Materi tulisan ini didapat dari buku ‘Matikan TV-mu’ karya Sunardian Wirodono

Siklus Kegiatan Perusahaan

Sabtu, 17 April 2010

Perekonomian tidak selalu berkembang secara teratur dari satu periode ke periode lainnya. Ia selalu mengalami masa naik dan turun. Adakalanya kegiatan perekonomian berkembang dengan sangat pesat sehingga menimbulkan kenaikan harga-harga. Pada periode lainnya perekonomian mengalami perlambatan dalam perkembangannya dan adakalanya ia merosot dan berada di tingkat yang lebih rendah dari periode sebelumnya. Pergerakan naik turun kegiatan perusahaan-perusahaan di dalam jangka panjang dinamakan konjugtur atau siklus kegiatan perusahaan (business cycle).

Suatu siklus (cyle) dalam satu periode konjungtur berbeda dengan siklus pada periode yang lain. Namun demikian sifat-sifat dari setiap siklus adalah sama. Bentuk khas dari suatu siklus tidak banyak berbeda. Bentuk khas dari suatu fluktuasi atau siklus dalam konjungtur ditunjukkan dalam bambar di bawah ini yang digambarkan menerangkan hubungan di antara periode (waktu) dengan pendapatan nasional yang diwujudkan pada waktu tersebut.

Dalam siklus ABCDE seperti yang terdapat dalam gambar di atas, pergerakan dari A ke B dan dari C ke D ke E menggambarkan kegiatan ekonomi yang mengalami pertumbuhan. Kemunduran yang serius akan menimbulkan masalah pengangguran, sedangkan perkembangan ekonomi yang terlalu pesat akan menimbulkan kenaikan harga-harga atau lebih lazim dinyatakan sebagai inflasi.

Ahli-ahli ekonomi berkeyakinan bahwa dalam suatu perekonomian yang sepenuhnya diatur oleh mekanisme pasar, siklus kegiatan ekonomi sangat labil. Perkembangan yang sangat pesat dapat diikuti oleh kemunduran kegiatan perekonomian yang serius. Siklus kegiatan ekonomi seperti itu dpat menimbulkan akibat buruk kepada perekonomian dan masyarakat. Pengangguran dan inflasi menimbulkan beberapa akibat buruk ke atas kehidupan dan kesejahteraan masyarakat. Dalam jangka panjang ketidakstabilan ekonomi menimbulkan ketidapastian dan ini akan menimbulkan pengaruh buruk terhadap perkembangan ekonomi. Untuk menghindari terwujudnya masalah-masalah tersebut usaha-usaha perlulah dilakukan agar siklus kegiatan perusahaan bergerak dengan stabil.

“Public Speaking” itu Menakutkan?

Kamis, 15 April 2010


Begitu banyak orang yang menganggap bahwa berbicara di depan umum (public speaking) merupakan suatu hal yang sangat menakutkan. Bahkan lebih menakutkan daripada terjun dari pesawat tanpa parasut. Mungkin seandainya boleh memilih mereka akan memilih terjun dari pesawat tanpa parasuk dari pada tampil berbicara di depan umum, berdiri di atas podiom, dan semua mata tertuju padanya hingga membuat pikirannya menjadi beku dan tidak tahu harus menyampaikan apa. Padahal sebelum tampil, dia sudah menguasai topik yang harus ia sampaikan tapi sayangnya ia tidak bisa menguasai dirinya.

Christine Stuart dalam bukunya Effective Speaking, mengutip hasil survei di Amerika Serikat terhadap 3.000 orang dewasa. Mereka diminta menuliskan 10 hal yang paling menakutkan (ten worst fears). Hasilnya, berbicara di depan umum menduduki urutan paling awal. Ini membuktikan bahwa tidak sedikit orang-orang yang demam panggung saat tampil di depan umum baik saat berpidato, menyampaikan sambutan dalam sebuah acara, presentasi, maupun dalam suatu forum diskusi.

Sebenarnya apa yang menjadi alasan mereka takut untuk berbicara di depan publik? Ketika Saya sedang googling (browsing internet lewat mesin pencarian google) Saya sempat tersesat di sebuah situs seorang public speaker sekaligus announcer di sebuah station radio dalam postingannya bahwa yang jadi penyebab utama seseorang takut public speaking adalah:
1. Unfamiliar Situation
Tidak familiar dengan situasi. Hadirin yang dihadapannya adalah orang-orang yang baru dikenal atau bahkan tidak dikenalnya sama sekali.

2. Lack if Confidence
Kurang percaya diri. Hilangnya rasa percaya diri sering terjadi akbat merasa ada yang lebih baik atau lebih tahu/paham tentang topik yang akan dibicarakan.

3. Sense of Isolation
Merasa terasing atau terpencilkan. Pembicara itu sendirian di depan, jadi pusat perhatian dan mudah diserang atau dikecam. Diam-diam dalam hati atau terang-terangan.

4. Self – Consciosusness
Kesadaran sendiri atau tahu diri, punya kekurangan dalam hal logat, tata bahasa, suara, dan citra dirinya secara umum.

5. Fear if Looking folish
Takut terlihat bodoh. Ia khawatir akan lupa apa yang harus dikatakan, takut salah ucap, takut salah menilai sesuatu, dan takut sebagainya.

6. Fear of the Consequences
Takut konsekuesinya. Semisal takut dinilai oleh hadirin dan dicap sebagai a poor publlic presentation atau pembicara yang payah.

Rasa gugup (nerves) mempengaruhi fisik, meningkatkan detak jantung dan pernafasan, adrenaline, reaksi terlalu cepat dan peningkatan tensi pada area bahu dan leher. Perubahan pada tubuh itu berdampak pada suara, menjadikannya bergetar atau bicara terputus-putus karena pernafasan yang terlalu cepat.

Apakah Anda adalah salah satu dari sekian banyak orang yang menganggap bahwa public speaking adalah sesuatu yang begitu menakutkan sehingga menghambat kesuksesan Anda. Jangan berputus asa dulu, karena kecakapan dalam public speaking ini akan Anda kuasai asalkan Anda benar-benar ingin berubah dan sering melatihnya. Ada banyak cara untuk latihan public speaking. Salah satunya adalah dengan cara mengikuti seminar Public Speaking. Inilah tujuan diadakannya “Learn Public Speaking 2010” oleh LPM – Jurnal Kampus yang akan dilaksanakan pada tanggal 13 Maret 2010 mendatang. Bagi Anda yang tidak mau dihantui oleh public speaking ada baiknya Anda mengikuti acara ini.

 
 
 

Iklan

Info Link

 
Copyright © Kelas Ekonomi